Suatu hari saya bertemu dengan seseorang yang kelihatannya sedang dalam kesulitan karena banyaknya buku yang dibawa di tangannya. Mengira bahwa ia pasti butuh bantuan, saya mencoba menolongnya.
Namun dengan segera, beliau menjawab, “Oh, nda usah, jangan repot-repot, saya bisa sendiri.”
“Wow, kuat sekali. Andai aku bisa bilang begitu juga.” kata saya dalam hati. Kesanggupannya untuk menanggung sendiri bebannya itu meninggalkan kesan kuat pada saya.
Saya berpikir, “Bukankah akan mengesankan juga jika kita berkata kepada Tuhan kita yang baik, begini, ‘Jangan repot-repot, Tuhan! Aku bisa sendiri’?”
Rasanya tidak. Sikap “sopan” ini tidaklah diperlukan dalam hubungan dengan Allah.
Ketika seseorang berkata, “Jangan repot-repot, Tuhan” ini artinya ia sedang mengandalkan kekuatannya sendiri.
Alkitab memperingatkan kita untuk menolak sikap seperti itu. Dalam Habakuk 1:11 versi FAYH, kita membaca: “Mereka berlalu seperti angin dan menghilang; tetapi kesalahan mereka sangat besar karena mereka mendewakan kekuatan mereka.”
Mungkin, hari ini juga, Bapa kita di Surga sedang berdiri di depan pintu hati kita. Tergerak oleh belas kasihan, Ia mengetuknya.
Mendengar Dia mengetuk, kita menyadari kalau masih ada hal dalam hati kita yang kacau balau dan kita mulai panik, “Astaga, Dia sudah tiba. Dia akan melihat semua kekacauan ini dan berpikir kalau saya tidak bertanggung jawab atas hidup saya!” Kemudian kita sibuk mengatur di sana-sini dengan usaha untuk mengatur ulang hidup kita.
Kita meminta Tuhan menunggu, dan kita berkata, “Iya Tuhan, tunggu sebentar lagi, saya perlu membereskan beberapa hal dulu.”
Akan tetapi, yang luar biasanya, kita tidak perlu melakukan itu semua!
Allah selalu hadir.
Dia sudah tahu tentang kekacauan dalam hidup kita tersebut, bahkan sebelum Dia masuk untuk membereskannya bagi dan bersama kita.
Dia ingin kita melibatkan-Nya di dalam setiap detil hidup kita, bahkan dalam keputusan yang terkecil sekalipun.
Jadi, kiranya doa kita berbunyi demikian, “Masuklah Tuhan, Kau lihat, ehm, aku telah membuat kacau di sana-sini. Maafkan Aku, Tuhan. Mari masuk dan tolong bereskan segalanya bagiku.”
Hanya pada saat itulah, kita sedang mengandalkan kekuatan-Nya, dan bukan pada kekuatan kita sendiri.
Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu,
dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.
Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.
Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak,
takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan.
[Amsal 3:5-7]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar