Paulus bukan hanya mengetengahkan hidupnya sendiri sebagai contoh kehidupan orang percaya yang lebih berbahagia memberi daripada menerima, tetapi juga menasihati para pemimpin jemaat di Efesus untuk selalu mengingatkan perkataan dan teladan Tuhan Yesus sendiri sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka, otoritas tertinggi untuk digugu dan ditiru manusia, apalagi oleh orang percaya. Tuhan Yesus, Kalam, Firman yang telah menjelma menjadi manusia, tutur kata, pengajaran dan kehidupan-Nya merupakan standar sempurna bagi setiap orang di dunia ini. Tuhan Yesus merupakan gambaran Allah yang sempurna dalam hal memberi, sebab memberi adalah sifat dasar Allah yang indah. Sepanjang hidupnya, Tuhan Yesus selalu menaburkan kebaikan, memberikan apa yang baik bahkan seluruh hidupNya. Membuat orang merasakan sifat Allah yang tak terlihat dalam hidup dan pelayanan Tuhan Yesus. Sifat yang indah itu juga merupakan bagian dari citra manusia, yang diciptakan segambar dan serupa dengan Allah ( Kej 1:27-28 ).
Sayang, dosa sudah merusak sifat dasar ini, sehingga manusia menjadi egois, sulit dan merasa rugi kalau memberi. Tidak lagi selalu berbahagia, ketika ia berbagi dengan orang lain, lebih cenderung mementingkan diri sendiri daripada memikirkan kepentingan orang lain.
Namun dalam Tuhan Yesus, setiap orang percaya adalah ciptaan baru, dipulihkan hati dan potensinya sebagai makhluk yang memiliki gambar dan rupa Allah, sehingga ia sanggup dan bisa menikmati kembali kebahagiaan memberi tanpa pamrih. Ini adalah kebenaran yang perlu diingat dan harus sering dipraktekkan oleh setiap orang percaya. Dengan demikian semua orang di sekitar kita dapat melihat dan merasakan kebaikan hati yang merupakan sifat Allah, dalam setiap gerak-gerik dan kehidupan kita, yang disebut anak-anak Allah ( Matius 5:16 ).
Memberi Harus Menjadi Bagian Dari Kehidupan Orang Percaya,
Karena Kita Diciptakan Menurut Gambar & Rupa Allah Yang Sifat Dasarnya Suka Memberi
[Kisah Para Rasul 20:33-35]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar