Kisah mujizat Tuhan Yesus memberi makan 5000 orang (tidak termasuk wanita dan anak-anak) tercatat dalam keempat kitab Injil. Mengingatkan orang percaya di segala jaman dan tempat akan kesanggupan Tuhan mencukupkan kebutuhan melampaui keterbatasan yang ada. Namun mijizat itu tak akan pernah terjadi seandainya tidak ada seorang anak yang rela menyerahkan bekal makan siangnya kepada Tuhan Yesus. Para murid hanya berfokus pada kebutuhan yang besar, bukan pada apa yang mereka punya dan bisa mereka berikan untuk menjadi jawaban bagi kebutuhan yang ada. Pertimbangan murid-murid adalah pada keterbatasan dana dan daya yang mereka miliki atau yang lebih mengenaskan lagi, bisa jadi pertimbangan pengorbanan yang harus mereka lakukan dengan memakai semua uang yang ada tapi tetap saja sia-sia karena tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan yang ada (memberi konsumsi bagi 5000 orang lebih).
Para penafsir liberal yang tidak percaya mijizat pelipatgandaan makanan, mengomentari bahwa Tuhan Yesus sedang menegor keegoisan orang banyak yang tak tahu berbagi dengan rekan/tetangganya, sampai akhirnya ada seorang anak kecil yang polos dan baik hati rela memberikan bekal makan siangnya, hal ini banyak orang jadi malu hati dan mulai tergerak untuk mengeluarkan bekal makan siangnya masing-masing, berbagi dengan yang tidak memiliki atau kehabisan bekal, sehingga semuanya menjadi kenyang malah ada sisanya.
Yang benar adalah, mujizat itu benar-benar terjadi. Walau mungkin ada orang yang egois, masih mempunyai sisa bekal makanan setelah mengikuti Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya sepanjang hari, tapi enggan atau sungkan berbagi.
Tapi realita keterbatasan makanan dan uang memang ada, Tuhan Yesus mau para murid-Nya belajar kebenaran yang berharga tentang kuasa kasih, kuasa memberi yang diberkati Tuhan Yesus, tetapi rupanya tidak seorangpun di antara murid Tuhan Yesus yang berpikir untuk menyerahkan apa yang mereka punya, atau tak seorangpun berinisiatif menyerahkan apa yang masih mereka miliki untuk kepentingan orang lain. Kecuali seorang anak kecil, yang biasanya egois, menggenggam erat miliknya, dia dengan polosnya melaporkan sisa bekal yang masih dimilikinya, bahkan dengan sukarela menyerahkannya kepada Tuhan Yesus.
Apa yang dilakukan anak kecil ini, justru menjadi ‘modal’ terjadinya mijizat yang tercatat di keempat Injil. Mujizat terjadi bukan karena awal yang dahsyat secara kuantitas dana atau fasilitas, tapi kualitas hati yang tahu memberi, rela berbagi. Dimana sifat dasar Allah yaitu kasih dan memberi, dipraktekkan dengan benar, dipastikan mujizat bisa terjadi. Dan siapa yang rela/tahu menberi dengan benar, dia sendiri tidak akan pernah jadi kekurangan tetapi malahan menjadi berkat bagi orang, menjadi saluran mujizat Tuhan untuk menguatkan iman banyak orang.
Berikan Yang terbaik Pada Dunia, Dan Yang Terbaik Akan Kembali Padamu
(Give To The World The Best You Have And The Best Will Come Back To You - Madeline bridges)
[Markus 6:32-44 ; Yoh 6:1-14]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar