01 Februari, 2011

Harta Warisan

Dua bersaudara dari keluarga yang berkecukupan. Setelah kematian kedua orang tuanya, mereka kini harus membagi harta warisan yang ditinggalkan. Namun setelah harta tersebut dibagikan, kedua bersaudara ini tidak pernah hidup rukun dan damai. Sang kakak menuding bahwa adiknya mewarisi lebih banyak dari yang dimilikinya. Sang adik juga menuding hal yang sama terhadap kakaknya, bahwa sang kakak memiliki harta warisan lebih banyak dari yang diwarisinya. Keduanya saling menuding bahwa pembagian harta tersebut tidaklah adil dan seimbang.

Mereka sudah melewati berbagai proses hukum, namun tetap saja persoalan mereka tak dapat diatasi secara memuaskan. Semua nasihat tak pernah berhasil. Semua keputusan seakan tawar. Keduanya tak dapat menerima semua nasihat dan keputusan yang diberikan.

Setelah mencari dan mencari akhirnya mereka menemukan seorang guru yang bijak. Kedua bersaudara tersebut datang ke hadapannya dengan harapan bahwa duri yang selama ini menusuk daging dan menghancurkan hubungan persaudaraan mereka dapat dikeluarkan.

Sang bijak bertanya kepada sang kakak; "Anda yakin bahwa harta yang dimiliki adikmu melebihi warisan yang engkau terima?" Sang kakak dengan penuh yakin menjawab; "Sungguh demikian!" Sang bijak lalu berpaling kepada sang adik dan mengulangi pertanyaan yang sama; "Anda yakin bahwa kakakmu mewarisi harta peninggalan orang tua lebih dari pada yang anda peroleh?" Dengan keyakinan yang sama sang adik menjawab; "Ya demikianlah!"

Sang bijak lalu memberikan sebuah perintah kepada keduanya; "Kumpulkan semua harta yang telah diterima masing-masing dan serahkan itu kepada yang lain." Sang kakak menyerahkan semua harta warisan yang diperolehnya kepada adiknya, demikian pula sang adik menyerahkan harta warisan yang diperolehnya kepada sang kakak. Dan sejak itu tak ada lagi pertentangan karena harta warisan di antara mereka berdua.


Kita senantiasa mengira bahwa nasib orang lain selalu lebih baik dari diri sendiri, bahwa orang lain lebih diberkati Tuhan dari pada diri kita sendiri. Kita lupa bahwa Tuhan mencintai setiap insan dengan cinta yang sama. Kita mungkin hanya mampu melihat berkat yang kelihatan yang dimiliki orang lain, namun lupa untuk melihat berkat-berkat berlimpah yang diberikan Tuhan atas diri kita namun sulit dilihat oleh kasat mata. Lihatlah dirimu dari sudut pandangan yang lain, maka anda akan dipenuhi keharuan dan rasa syukur yang mendalam. Tuhan mencintaimu!

Tidak ada komentar: