17 Februari, 2011

Mendisplin Diri Untuk Bersyukur

Sebagaimana dibahas dalam minggu pertama bula 30 DOC ini, mengenakan manusia baru, hidup baru bukan terjadi secara otomatis. Begitu juga membangun kebiasaan bersyukur, bukanlah hal yang sekaligus melekat jadi bagian hidup tiap orang, termasuk orang percaya, apalagi jika lingkungan bertumbuhnya (keluarga/komunitas gaulnya) tidak meneladankan sikap dan tindakan tahu menghargai, mensyukuri kebaikan yang dilakukan orang atau yang terjadi atas kehidupan orang lain. Mengeluh adalah respon alamiah kebanyakan orang termasuk orang percaya, itu sebabnya, Paulus menasihatkan jemaat Kolose untuk memberi perhatian khusus terhadap beberapa perilaku hidup yang sepadan dengan citra baru orang percaya, manusia baru, anak-anak terang.

Karena itu merupakan karakter hidup yang sangat baik, berharga, berguna dalam hidup. Aesop seorang filsuf pernah berkata: “Gratitude is the sign of noble souls” (tahu bersyukur adalah tanda keagungan jiwa seseorang). Orang yang sadar bahwa segala sesuatu dalam hidup ini adalah anugerah, dan segala yang baik itu datangnya daripada Tuhan, dalam diri orang demikian ada keindahan iman, kasih, pengharapan yang menjadikannya pribadi penuh daya tarik dan berkat bagi orang di sekitarnya. Setiap anak Tuhan, orang percaya perlu mendidik, melatih, mendisiplin diri mengembangkan karakter ini dengan komitmen yang konsisten, sampai menjadi kebiasaan, menjadi bagian hidup, menjadi gaya hidup.

Seorang wanita membayar mahal dengan hancurnya 20 tahun pernikahan dengan pria pilihan hatinya, hanya karena ia tidak tahu bersyukur, terlalu sering mengeluhkan apa yang tak dimilikinya dalam dirinya, suaminya, pernikahannya, anaknya dan keluarganya.
Akhirnya sang suami meninggalkannya. Seorang konselor dan rekan baik menolongnya untuk melihat hidup dengan sikap dan perspektif baru, berfokus pada Tuhan dan bukan diri sendiri. Ketika Tuhan memberikan kesempatan baru, ia mulai belajar menjalani hidup dengan lebih positif. Bersama suaminya yang baru, ia belajar mengandalkan Tuhan, bersyukur atas apapun yang terjadi dan menghitung berkat, kebaikan Tuhan dan orang yang dikasihinya, bukan kekurangan dan apa yang tak ada dalam hidup mereka, ia mulai berfokus memperhatikan mereka yang dikasihi dan mengasihinya.

Suatu perubahan terjadi. Ia menenukan hal positif dalam pribadi suaminya, orangtuanya, anak-anaknya. Ia mulai menemukan dampak dari bersyukur, dalam segala keadaan, atas setiap hal yang terjadi dan atas orang yang Tuhan tempatkan dalam hidupnya. Semakin ia tahu bersyukur, ia semakin mampu mempercayakan hidupnya, kesehatannya, suaminya, anak-anaknya, cucu-cucunya, rekan-rekannya, kekayaannya, keputusannya dan segala sesuatunya.


Mengucap Syukur Sebagai Gaya Hidup Adalah Daya Tarik Terindah, Tabir Pelindung Terkuat Kehidupan, Sekaligus Pintu Menuju Berkat Yang Lebih Berlimpah.

[Kolose 3:15-17, Kolose 4:2]

Tidak ada komentar: